Waspada Obesitas, Kemenkes Imbau Batasi Konsumsi Gula saat Buka Puasa

Obesitas terjadi mulai dari usia anak-anak. (Foto: Pixabay/mohamed_hassan)
Merahputih.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyoroti kebiasaan masyarakat yang gemar mengonsumsi makanan manis dalam jumlah besar saat berbuka puasa (bukber) sebagai salah satu faktor yang menyulitkan upaya pencegahan obesitas.
"Budaya-budaya (makan manis) dalam masyarakat, kalau kita tidak tahu (bahayanya) itu bisa berpotensi untuk kemudian terjadinya kondisi-kondisi daripada penyakit tidak menular," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, Selasa (4/3).
Nadia menjelaskan bahwa kebiasaan mengonsumsi makanan manis sering kali tidak disadari, seperti saat memesan minuman teh manis di restoran. Selain itu, banyak orang langsung mengonsumsi makanan manis secara berlebihan sebagai pelampiasan rasa lapar setelah berpuasa, seperti takjil es buah atau kolak yang sangat manis.
"Kalau misalnya kita lihat anjuran Nabi Muhammad, makanan manis itu sebenarnya kurma kan? kurma itu manis tapi tidak membahayakan kita, jadi itu yang harus kita pastikan," ucap dia.
Baca juga:
Cold Brew dengan Sentuhan Buah, Hasilkan Rasa Manis Alami pada Kopi
Nadia mengingatkan bahwa masyarakat tetap bisa menikmati takjil manis, asalkan tidak dikonsumsi secara berlebihan. Ia juga menyoroti kebiasaan memasak makanan dengan rasa asin yang berlebihan di rumah.
Masyarakat diimbau untuk mengatur konsumsi gula, garam, dan lemak agar tetap dalam batas wajar, yaitu empat sendok makan gula per hari, satu sendok teh garam per hari, dan lima sendok makan minyak untuk asupan lemak per hari.
"Jadi tetap bahwa kita selalu walaupun kita berpuasa, sesuai dengan kebutuhan kalori kita, tetap kendalikan gula garam lemak kita, karena bukan berarti bahwa kita berpuasa itu, kemudian kita harus memenuhi kebutuhan dan gizi kita 2 kali lipat lebih banyak atau berlebihan," katanya.
Selain itu, masyarakat juga diminta untuk tetap memenuhi kebutuhan cairan tubuh dengan minum delapan gelas air atau setara dua liter air sehari.
"Kalau dia puasa kadang orang jadi suka minumnya cuma dua gelas kan? kadang-kadang minumnya, padahal harusnya tetap kita beri asupan cairan setelah berbuka puasa," ujar Nadia.
Baca juga:
Jadwal Buka Puasa Ramadan 2025 di Jakarta: Lengkap dengan Waktu Imsak
Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Kemenkes tahun 2023, prevalensi obesitas pada penduduk di atas 18 tahun mencapai 23,40 persen, meningkat dari 10,50 persen pada tahun 2007.
Faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan obesitas antara lain gaya hidup kurang gerak dan pola makan tidak teratur. Obesitas juga meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti stroke, penyakit jantung, diabetes, dan hipertensi.
Untuk mengendalikan obesitas, Kemenkes menjalankan Permenkes Nomor 63 Tahun 2015 tentang pencantuman informasi kandungan gula, garam, lemak pada pangan olahan dan siap saji, serta mengedukasi masyarakat tentang batas konsumsi gula, garam, dan lemak.
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Duh, Tingginya Kasus Kematian Jamaah Haji Indonesia Jadi Sorotan Arab Saudi

Pertanda Bahaya! 418 Jamaah Haji Indonesia Meninggal Mayoritas Penyakit Jantung

Gegara Ancaman Teror Bom Saudia Airlines, Pemulangan Jamaah Haji Embarkasi Solo Terlambat

Jemaah Haji Indonesia ‘Selundupkan’ Air Zamzam Berujung Dibongkar Aparat Arab Saudi

Jamaah Haji Jangan Nekat Sembunyikan Air Zamzam di Koper, Pasti Kena Sita!

Saudi Alami Puncak Panas Ekstrem, Jamaah Haji Jangan Keluar Hotel 10.00–16.00

178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat

Tiba Tanah Air, Jamaah Haji Kloter Perdana Embarkasi Solo Sujud Syukur di Lintasan Pesawat

Banyak Jemaah Haji Indonesia Tak Dapat Makanan, Pengelola Rogoh Kocek Rp 6,5 Miliar untuk Ganti Rugi

Jemaah Haji Indonesia Embarkasi Solo akan Tiba di Tanah Air Jumat (13/6) Pagi
