Tausiah Ramadan: 'Pentingnya Ikhlas dalam Menjalankan Puasa Ramadan'

Minggu, 16 Maret 2025 - Dwi Astarini

MERAHPUTIH.COM - PERJALANAN batin dan spiritual dimulai dengan kesungguhan. Oleh karena itu, perlu keiklasan supaya semuanya bernilai pahala di mata Allah SWT. Berikut merupakan salah satu contoh tausiah singkat ihwal ikhlas dan manfaatnya bagi muslim. Secara khusus bertajuk 'Pentingnnya Ikhlas dalam Puasa Ramadan'.


Assalamualaikkum wr.wb

Puji beserta syukur marilah kita panjatkan kepada Allah Swt. yang telah memberikan beribu-ribu nikmat.

Tidak lupa selawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. keluarganya, beserta sahabat. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya dan mendapat petunjuk hingga hari kiamat nanti.

Memasuki Bulan suci Ramadan denga berbagai limpahan rahmat. Bukan hanya soal kesiapan fisik menghadapi Ramadan tapi juga mental dan kesiapan hati seperti halnya Ikhlas.

Walaupun tampak sepele, nilai ikhlas ini perlu ditiilik ulang sejauh apakah kita sebagai hamba Allah SWT, siap dengan perintahnya? Apakah sudah benar praktik ibadah kita pada Allah SWT.

Ikhlas adalah amalan hati. Telah kita ketahui bahwa pengertian iman menurut Ahlus Sunah adalah "keyakinan dengan hati, ikrar dengan lisan, dan amalan dengan seluruh anggota badan, bertambah dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu waa Ta’ala dan berkurang dengan perbuatan maksiat".

Perlu diketahui bahwa ikhlas merupakan perkara terpenting dalam amalan hati, yang hal tersebut sangat erat hubungannya dengan pengertian iman seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Amalan-amalan hati adalah termasuk pokok-pokok dari keimanan dan tonggak-tonggak agama Islam ini. Bentuknya seperti: mencintai Allah dan Rasul-Nya, bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengikhlaskan seluruh macam `ibadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmat-Nya dan berlaku sabar di atas hukum-hukum-Nya, khauf (perasaan takut kepada-Nya akan siksa atau adzab-Nya), raja` (berharap) kepada-Nya…Semua amalan ini wajib atas seluruh makhluk berdasarkan kesepakatan para imam agama”.

Praktik ikhlas ini sendiri sudah dipraktikkan Suri tauladan unat muslim semua yakni Baginda Rasusullah SAW.

Baca juga:

Tausiah Jumat Ramadan Tentang Toleransi Pesan Sederhana Bermakna Mendalam


Adapun kedudukan ikhlas ialah hakekat dien (agama) dan kunci dakwah para rasul, yakni menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala semata dan menjauhi thagut:

'Wa ma umiruu illa liya'budullaha mukhlishina lahuddinna khunafaa...'


Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…[Al-Bayyinah/98: 5]

Yang dimaksud dengan 'Khunafaa' ialah agama yang lurus'. Pada ayat di atas menunjukkan terjauhkan dari perkara-perkara syirik dan menuju kepada tauhid.

Di sinilah pentingnya ikhlas dalam selurus amal ibadah, agar amalan tersebut tidak sia-sia, dan tidak mendapat adzab dari Allah, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Kemudian bahwa pengaruh ikhlas terhadap amalan itu sangatlah besar, amal yang kecil dan sedikit jika dilakukan dengan ikhlas dapat memperoleh pahala yang besar. Termasuk berpuasa sendiri. Disampaikan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam perkara ini mengatakan:

“Suatu jenis amalan yang dikerjakan oleh manusia dengan menyempurnakan keikhlasannya dan ketundukkannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, terkadang Allah Subahnahu wa Ta’ala akan mengampuni dosa-dosa besar dengan sebab amalan itu, sebagaimana hadits al-bithaqah (seorang yang memiliki satu kartu Laa ilaaha illa Allah, lalu diampuni dosa-dosanya sebanyak 99 lembaran catatan amal keburukan-red).


Mengapa bisa demikian? Ini karena dia mengucapkan Laa ilaaha illa Allah dengan ikhlas dan jujur/benar, karena kalau tidak, maka para pelaku dosa besar yang masuk ke dalam neraka semuanya juga mengucapkan tauhid, tetapi perkataan mereka tidaklah lebih berat terhadap dosa-dosa mereka sebagaimana pemilik kartu (Laa ilaaha illa Allah) itu.”


Disampaikan lagi dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash Radhiyallahu ‘anhu , dia berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah akan mengadili salah seorang laki-laki dari ummatku di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat. Lalu ditunjukan kepada laki-laki tersebut 99 catatan (amal keburukan), setiap satu catatan panjangnya sejauh mata memandang. Kemudian dikatakan kepada laki-laki tersebut: ”Apakah kau ingkari dari semua ini (kedzaliman yang telah kau perbuat)? Apakah para malaikat-Ku pencatat dan penjaga amalan menzhalimimu?


Laki-laki tersebut menjawab: “Tidak Ya Tuhanku!”. Lalu Allah berkata kepada laki-laki tersebut: “Apakah engkau punya alasan (berbuat kezhaliman itu)? Laki-laki tersebut menjawab: “Tidak Ya Tuhanku!”. Kemudian Allah berkata kepada laki-laki tersebut: “Ya benar, tetapi sesungguhnya engkau memiliki satu kebaikan di sisi Kami, dan sesungguhnya tidak ada kedzaliman atasmu pada hari ini.

Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengeluarkan sebuah kartu kecil yang di dalamnya terdapat : Asyhadu an laa ilaaha illa Allah wa asyhadu anna Muhamadan ‘abduhu warasuluhu (Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya). Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata kepada orang tersebut: “Datangkan timbanganmu”, maka orang tersebut berkata: “Ya Tuhan untuk apa kartu kecil ini dibandingkan dengan catatan (amal keburukan) ini ?”, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata kepada orang tersebut: “Sesungguhnya pada hari ini tiada kedzaliman”. Maka diletakkanlah catatan itu pada salah satu daun timbangan, dan kartu kecil itu diletakan pada satu daun timbangan yang lain. Maka jadi ringanlah catatan-catatan `amal keburukan itu dan beratlah kartu kecil tersebut, maka tiadalah sesuatupun yang menjadi berat dibandingkan dengan nama Allah Subhanahu wa Ta’ala. [HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa’i].

Dari riwayat hadis di atas bisa kita petik hikmahnya bahwa betapa kuatnya keberadaan Ikhlas itu dalam beribadah. Terlebih ikhlas dan puasa. Puasa Ramadan yang sudah tentu wajib dilaksanakan karena termasuk rukun Islam juga sebagai bentuk keikhlasan kita merasakan kesulitan yang dirasakan oleh orang fakir dan miskin.(tka)

Baca juga:

Tausiah Gus Sholah untuk Victor Laiskodat

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan