Tausiah Jumat Ramadan Tentang Toleransi Pesan Sederhana Bermakna Mendalam
Sabtu, 01 Maret 2025 -
MERAHPUTIH.COM - RAMADAN jadi momentum fokus meningkat kualitas diri. Namun, jangan sampai tujuan itu jadi alasan membuat praktik-praktik egois seperti tidak toleransi.
Di Indonesia, tak dimungkiri bahwa konflik toleransi masih kerap terjadi, bahkan di Ramadan bisa jadi intensitasnya makin tinggi. Oleh karena itu, tausiah-tausiah terkait dengan tema toleransi masih diperlukan. Berikut isi tausiah dengan judul Menebarkan Toleransi Sesama Umat di Bulan Ramadan yang Penuh Berkah.
Assalamualaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim,
Kaum muslimin muslimat Rahimakumullah, marilah kita tidak henti-hentinya mengucapkan puji syukur kepada Allah SAW karena dengan nikmat-Nya, kita berkesempatan untuk hadir dalam acara mulia ini.
Semoga dalam acara mulia ini, kita semua mendapatkan rahmat dan ampunan Allah Swt. dikarenakan Nabi Muhammad telah bersabda, "Tidaklah suatu kaum yang duduk di rumah Allah mereka mempelajari Al-Qur'an, mereka mempelajarinya, kecuali malaikat mengepakkan sayapnya".
Islam adalah agama penuh cinta dan kasih, yang serius terhadap toleransi. Toleransi dalam konteks agama diartikan sebagai kebebasan masing-masing individu untuk menganut agama apa pun yang diyakininya, serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam situasi Ramadan, seorang muslim tidak bisa memaksakan praktik ibadah puasanya mesti diterapkan oleh pemeluk agama lainnya.
Misalnya selama Ramadan, umat muslim berpuasa sedangkan yang non Islam tidak. Jangan sampai orang non islam dilarang untuk makan sebagaimana yang dilakukan oleh muslim.
Tak hanya itu, jangan sampai ada pembubaran tempat makan yang buka saat Ramadan dengan dalih tidak menghargai yang berpuasa.
Seperti yang disebutkan dalam Alquran surah Alkafirun ayat ke 6, yang berbunyi:
lakum dinukum wa liya din
Artinya: "Untukmu agamamu, dan untukku agamaku."
Baca juga:
Pemkot Solo Larang Tarling, Tausiah dan Kultum Ramadan Dibatasi
Jika muslim menerapkan nilai keimanan dengan dengan mendalam, ia akan fokus terhadap kualitas ibadahnya ketimbang mengurusi hal-hal yang sia-sia seperti dicontohkan tadi. Membubarkan orang makan, menutup warung orang yang di mana hanya menghasilkan amarah, emosi, kerusakan, konflik.
Pelarangan yang tidak jelas tersebut termasuk perbuatan yang menzolimi. Sebab orang-orang non islam yang dilindungi negara adalah orang yang mesti dijaga hak-haknya. Umat muslim yang baik adalah umat yang patuh terhadap perintah pemimpinnya.
Tunjukanlah praktik ibadah puasa sejalan dengan praktik perilakunya. Menunjukan belas kasih dan tenggang rasa. Seperti yang disampaikan dalam surah Al- Anbiya’ ayat 107:
Wa maa arsalnaka illa rohmatallila'alamiin.
"Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam,".
Walaupun ada masyarakat yang berjualan di tengah hari saat Ramadan, bukan berarti dia tidak menghargai yang berpuasa.
Tapi dia juga tengah beribadah, mencari nafkah untuk keluarganya. Memberikan makan dan minum, memenuhi kebutuhan sekolah sampai mempersiapkan kebutuhan kelurga merayakan Idulfitri yang akan datang.
Sehingga hendaknya umat muslim menjaga tindak tanduk sebelum melakukan ragam aktivitas yang bisa menimbulkan kerugian bagi orang lain.(tka)
Baca juga:
Tradisi Sungkeman sebelum Puasa Ramadan di Indonesia, Simak Beberapa Manfaatnya