Jemaah Haji Indonesia yang Meninggal di Tanah Suci Terus Bertambah, Mayoritas Akibat Sakit Jantung
Minggu, 25 Mei 2025 -
MerahPutih.com - Sebanyak 53 orang jemaah haji Indonesia wafat di Arab Saudi, 19 di antaranya karena serangan jantung meliputi iskemik akut dan shock cardiogenic.
Kematian akibat penyakit jantung ini menjadi sorotan utama mengingat kondisi fisik jemaah haji yang rentan terhadap perubahan cuaca ekstrem dan aktivitas fisik yang padat selama di Tanah Suci.
Salah satu Tim Visitasi Kesehatan dr Agus Sulistyawati, SpS mengungkapkan, sebagian besar jemaah yang wafat memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya dan komorbid, serta kurang mengontrol diri untuk membatasi aktivitas fisik mereka.
"Sebagian besar disebabkan oleh penyakit jantung," ujar dr Sulis dikutip dari laman Kemenkes RI, Minggu (25/5).
Kementerian Kesehatan RI mengimbau kepada jemaah haji yang sudah lansia dan memiliki penyakit penyerta (komorbid) untuk bijak dalam menjalankan ibadah sunnah. Ibadah sunah memang memiliki pahala yang besar, namun kesehatan dan keselamatan jiwa jauh lebih utama.
“Kami menganjurkan jemaah untuk tidak memaksakan diri," kata Kepala Pusat Kesehatan Haji, Kemenkes Liliek Marhaendro Susilo.
Baca juga:
203.309 Visa Peserta Calon Haji Telah Terbit, 31 Mei 2025 Pemberangkatan Terakhir
Puncak ibadah haji saat di Arafah, Muzdalifah, Mina (Armuzna) mulai 4 Juni mendatang. Pada puncak ibadah haji ini, kata Liliek, membutuhkan persiapan serta manajemen diri yang baik.
Contohnya, mengurangi frekuensi umroh, tawaf sunah berulang kali, menghindari jalan kaki jarak jauh ke Masjidil Haram ataupun Masjid Nabawi, serta wisata ziarah.
“Jemaah harus memastikan waktu istirahat yang cukup,” tegas Liliek.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan jemaah haji agar tetap sehat selama di Tanah Suci, seperti menghindari beribadah di siang hari yang terik. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, payung, kacamata hitam, alas kaki, ketika akan dan saat melakukan ibadah.
Minum air putih atau air zam-zam sedikit demi sedikit hingga 2 liter per hari.
“Jangan lupa juga minum oralit sehari sekali agar tidak dehidrasi,” jelas dia.
Bagi yang memiliki penyakit penyerta, diminta untuk memeriksakan kesehatan tiga kali dalam seminggu ke petugas kesehatan untuk memastikan faktor risiko penyakit terkendali.
“Yang paling penting adalah dampingi jemaah dengan komorbid dan lansia yang memiliki riwayat jantung bekerja sama dengan ketua regu dan jemaah yang sehat,” ucap Liliek. (Knu)