Jemaah Termuda Berusia 18 Tahun Kenang Wasiat Almarhum Ayahnya hingga Mampu Naik Haji Tahun Ini
Rabu, 21 Mei 2025 -
Merahputih.com - Zahrotun Ulin Nasroh jadi jemaah haji termuda asal Indonesia yang berkesempatan berangkat ke Tanah Suci. Ia bisa naik haji karena menggantikan almarhum ayahnya, Subkhi, yang wafat lima tahun silam karena menderita penyakit gagal ginjal.
Pelajar dari Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati Jawa Tengah ini menceritakan, pesan yang paling mengharukan adalah, almarhum ayahanda, Subkhi, merasa bahwa umurnya sudah tidak panjang lagi.
Maka ia menyampaikan wasiat kepada istrinya, Husnul Khofifah untuk melimpahkan porsi hajinya kepada Lina yang saat itu masih kelas 1 MTs. Subkhi merasa memang harus merelakan hajinya kepada putri keduanya itu.
"Waktu itu ayahnya berpesan kepada saya, agar porsi hajinya dilimpahkan ke Lina. Saya bilang bapak jangan berpikiran begitu, pasti nanti sembuh dan pasti bisa berangkat haji bersama ibu," kenang Husnul di Makkah, Arab Saudi dikutip Rabu (21/5).
Baca juga:
Kisah Pasutri Penjual Pisang Goreng yang Berhasil Naik Haji Tahun ini, Menanti Belasan Tahun
Saat ayahnya wafat, Lina pun masih belum paham apa sejatinya haji itu. Namun takdir tidak bisa dihindari. Ayahnya akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya, meninggalkan istri dan ketiga anaknya.
Husnul pun akhirnya menjalankan wasiat suami untuk melakukan pelimpahan porsi haji suami tercinta kepada anak keduanya, Lina.
"Ayahnya memilih Lina karena kakak pertamanya sudah pernah pergi ke Tanah Suci dan juga sudah berkeluarga. Sementara adiknya saat ini masih sekolah SD. Belum bisa berangkat haji karena masih usia SD," kata Husnul.
Tahun 2021, Husnul mulai mengajukan pelimpahan porsi ke Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pati. Pengajuan tersebut selesai hingga Lina berusia 18 tahun, tepat dengan waktu pemberangkatan ibundanya.
"Sesuai dengan wasiat ayah, tahun 2021 mengajukan pelimpahan porsi. Tapi nunggu sampai umur 18 baru semuanya clear," kata Lina.
Dan seiring dengan berjalannya waktu, Lina pun memantapkan diri untuk mendampingi dan menjaga ibunya berhaji, menggantikan sang ayah.
Pertimbangan Lina adalah karena ia sudah mendapatkan wasiat dan kepercayaan dari almarhum ayahanda.
"Walaupun sebenarnya saya sedih sekali. Harusnya bapak yang pergi haji sama ibu," ungkap Lina.
Baca juga:
Kisah Endang Tri Nurniningsih, Jemaah Haji Pekalongan yang Kehilangan Kaki
Sedianya, perempuan muda kelahiran 22 Oktober 2006 ini menjalani wisuda pada 19 Mei 2025. Namun ia terpaksa tidak hadir karena sudah berangkat haji. "Kursi yang ada nama saya kosong," katanya.
Namun ia tak menyesal, karena baginya pergi haji bersama sama orang yang dicintainya memiliki makna yang lebih mendalam.
Sebelum berangkat haji, Lina telah mempersiapkan diri untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Yaitu mendaftarkan diri ke Universitas Gajah Mada Yogyakarta dan Universitas Diponegoro Semarang dan mengambil Fakultas Hukum.
Perempuan yang bercita-cita jadi Polwan ini berharap, ia bisa menjalankan haji dengan baik dan tertib bersama sang ibu.
"Haji itu kan suatu ibadah yang memang ada di rukun Islam. Jadi semoga selama haji ini, bisa melakukan sunah dan wajibnya dengan baik dan tertib," katanya.
Sejak persiapan keberangkatan dari tanah air hingga tiba di Makkah pada 17 Mei 2025 , Lina selalu mendampingi ibunya.
Beruntunglah, teman sekamarnya adalah para tetangga, sehingga Lina merasa banyak yang mendukungnya.
"Selama ibadah selalu menemani ibu. Seperti kemarin salat di Masjidil Haram, nunggu salat sampai tahajud, sampai nunggu azan Subuh hingga melakukan tawaf," imbuhnya. (Knu)