Sejarah Islamisasi Kepulauan Nusantara, Beberapa Teori tentang Kedatangan Islam dan Penyebarnya

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Senin, 24 Februari 2025
Sejarah Islamisasi Kepulauan Nusantara, Beberapa Teori tentang Kedatangan Islam dan Penyebarnya

Masjid Demak, salah satu tanda Islamisasi di Kepulauan Nusantara. (Foto: KITLV)

MerahPutih.com - Halo, Guys! Bayangkan kamu sedang berjalan-jalan di sekitar kota, lalu melihat masjid-masjid megah dengan arsitektur yang menakjubkan dan mendengar alunan azan yang berkumandang di tiap penjuru.

Pernah enggak kamu bertanya, bagaimana Islam pertama kali tiba di Kepulauan Nusantara? Siapa yang membawanya? Dari mana asalnya? Dan mengapa Islam menjadi agama mayoritas di Indonesia?

Semua bisa dilacak lewat islamisasi kepulauan Nusantara. Islamisasi berarti pengislaman suatu wilayah dan masyarakatnya.

Pengislaman enggak hanya berupa perubahan agama suatu masyarakat di sebuah tempat, tapi juga perubahan cara berpikir dan berperilakunya.

Makanya islamisasi melahirkan kebudayaan yang berbeda dari masa Hindu-Buddha.

Buat mengupas islamisasi Kepulauan Nusantara, kita mesti memulainya dari kedatangan Islam di Indonesia. Sebab inilah gerbang masuk islamisasi.

Islamisasi adalah perjalanan panjang dan kompleks yang melibatkan pertukaran budaya.

Yuk, kita telusuri jejak-jejak tersebut, mulai dari teori kedatangan Islam, bagaimana caranya, sampai siapa pembawanya.

Siap buat mulai perjalanan ke masa lalu yang penuh teka-teki?

Baca juga:

Sejarah Indianisasi Kepulauan Nusantara, Bukan Sekadar Bollywood

Teori India dan Bengal

Kedatangan Islam di Nusantara enggak terjadi dalam satu rentang waktu serentak karena wilayah Nusantara itu luas banget dan situasi masyarakatnya kompleks.

"Kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah yang didatanginya mempunyai situasi politik dan sosial-budaya yang berlainan," urai Uka Tjandrasasmita dkk dalam buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid III.

Kedatangan Islam juga bukan berarti lantas masyarakat Nusantara langsung memeluk agama Islam.

"Pada mulanya, Islam tidak langsung diterima oleh lapisan terbawah masyarakat," sebut Tiar Anwar Bachtiar, doktor sejarah lulusan Universitas Indonesia, dalam buku Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah & Dakwah.

Pedagang Gujarat di Nusantara
Pedagang Gujarat yang dianggap penyebar Islam di Kepulauan Nusantara. (Foto: Repro buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia Jilid I)

Masyarakat Nusantara kala itu terdiri dari beragam pemeluk agama dan latar politik-sosial-budaya yang berbeda. Ada yang Hindu, Buddha, penganut animisme, karib dengan laut (pesisir), dan akrab dengan pertanian (pedalaman/agraris).

Kontak masyarakat Nusantara dengan orang-orang dari negeri jauh telah dimulai sebelum abad Masehi. Kontak itu tercipta lewat jaringan perdagangan maritim dengan komoditas kayu cendana, gaharu, tekstil, emas, perak, dan sejenisnya antara Nusantara dengan India, China, dan Eropa.

Jalur perdagangan itu berkembang pada masa Indianisasi dan berdirinya kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Kepulauan Nusantara abad ke-5 sampai 10 M. Melalui jalur ini pula lah Islam kemungkinan masuk ke Nusantara.

Salah satu yang paling dikenal adalah teori bahwa Islam datang dari Anak Benua India. Teori ini didukung oleh sarjana-sarjana Belanda.

Pijnappel, seorang ahli dari Universitas Leiden, adalah pelopor teori tersebut. Ia menyatakan bahwa Islam di Nusantara berasal dari Gujarat (India bagian barat) dan Malabar (India bagian selatan).

Menurutnya, orang-orang Arab bermazhab Syafi'i yang menetap di wilayah India ini lah yang kemudian membawa Islam ke Nusantara.

Oya, dalam Islam, mazhab itu seperti jalur atau panduan buat membantu kita memahami dan menjalankan ajaran agama.

Mazhab Syafi'i memberikan cara praktis untuk beribadah, seperti salat, zakat, puasa, dan wudu, berdasarkan pemikiran Imam Syafi'i (767-820 M).

Teori Islam berasal dari India kemudian dikembangkan oleh Snouck Hurgronje. Ia berpendapat bahwa setelah Islam menguat di beberapa kota pelabuhan di India, para pedagang Deccan (India bagian selatan) datang ke Nusantara sebagai penyebar Islam pertama.

"Orang-orang Arab ini muncul di Nusantara baik sebagai 'pendeta' (priest) maupun 'pendeta-penguasa' (priest-princes atau sulthan" tulis Azyumardi Azra dalam buku Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII.

Snouck memperkirakan kedatangan Islam ke Nusantara pada abad ke-12.

Batu Nisan Samudra Pasai
Batu nisan di Pasai yang mirip dengan batu nisan di Bengal. (Foto: Repro buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia Jilid I)

Namun, teori ini ditentang oleh J,P. Moquette, seorang ahli purbakala dari Belanda. Ia menegaskan bahwa asal Islam di Nusantara adalah Gujarat berdasarkan kemiripan batu nisan di Pasai (Aceh) dengan yang di Gujarat pada abad ke-14.

Tetapi S.Q. Fatimi, seorang peneliti lain, keberatan dengan pandangan Moquette. Menurutnya, batu nisan tersebut lebih mirip dengan yang di Bengal (Sri Langka) daripada Gujarat.

G.E. Marrison, seorang ahli purbakala, juga meragukan teori Gujarat. Ia menunjukkan bahwa Gujarat masih kerajaan bercorak Hindu pada masa Islamisasi Samudera-Pasai.

Menurut Marrison, Islam di Nusantara bukan berasal dari Gujarat, melainkan dibawa dari pantai Coromandel (India bagian tenggara) pada akhir abad ke-13.

Baca juga:

Sejarah Kebudayaan dan Kesenian Masa Kerajaan Mataram Kuno, Dari Sastra, Musik, Hingga Relief Candi

Teori Arab, Jejak Timur Tengah di Nusantara

Teori India dan Bengal mendapat tentangan keras dari pengusung teori Arab. Mereka antara lain T.W. Arnold, John Crawfurd, G.K. Niemann, J.J. de Hollander, Hamka, dan Syed Naguib al-Attas.

Mereka umumnya berpendapat kedatangan Islam berlangsung pada abad ke-7 M. Enggak lama setelah Islam menyebar dari Arab pada masa Nabi Muhammad.

Hamka, misalnya, mendasarkan buktinya pada catatan dari China. Menurutnya, pada 674-675 M, serombongan orang Arab utusan Mu'awiyyah bin Abu Sufyan dating ke Kerajaan Ho-Ling (Kalingga) di Jawa.

"Besar kemungkinan bahwa penyelidikan ke Tanah Jawa ini amat rapat persangkutannya dengan usaha beliau mendirikan armada Islam," catat Hamka dalam buku Sejarah Umat Islam.

Ilustrasi orang Arab di Kepulauan Nusantara
Ilustrasi orang Arab di Kepulauan Nusantara pada abad ke-15. (Foto: Repro buku Dari Perbendaharaan Lama)

Selain di Jawa, rombongan Arab juga tercatat mendiami wilayah Sumatera bagian Barat pada 684 M. Mereka kemungkinan para pedagang dan diduga menikahi perempuan warga lokal (warlok).

Dari situlah muncul proses agama asal warlok ke Islam. Jadi, Islam datang dari Arab lewat jalur perdagangan, lalu tersebar secara bertahap melalui pernikahan.

"Catatan inilah yang mengubah pandangan orang tentang sejarah masuknya Agama Islam dke Tanah Air kita," tulis Hamka dalam buku Dari Perbendaharaan Lama.

Namun, Hamka mengakui bahwa kedatangan orang Arab di Nusantara saat itu enggak berarti langsung ada proses dakwah Islam di wilayah tersebut.

Kerajaan Hindu-Buddha di Sumatera dan Jawa masih kuat. "Sebab itu pengembara-pengembara yang pertama itu belumlah dapat dengan leluasa menyampaikan dakwahnya kepada penduduk," lanjut Hamka.

Meski catatan-catatan sejarah ntang kegiatan penyebaran Islam oleh mereka masih minim ketika itu, kedatangan Islam langsung dari orang Arab menjadi mungkin berkat adanya jalur perdagangan tua sebelumnya.

Berbeda dari sejarawan dan peneliti yang hanya mendasarkan argumennya pada bukti artefak, al-Attas menggunakan pendekatan yang berbeda buat menyatakan Islam datang ke Kepulauan Nusantara dari Arab.

Pendekatan al-Attas berlandas pada pemikiran keislaman (falsafah) dan pengaruh bahasa Arab Al-Qur'an yang mengubah paradigma (cara pandang) masyarakat.

"Bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur'an pasti akan tetap menjadi dasar penyebaran Islam. Dengan begitu, hulu Islamisasi tetap akan berasal dari Arab sebagai bangsa dan pemilik bahasa yang dipilih untuk bahasa Al-Qur'an," terang Tiar Anwar Bachtiar.

Azyumardi Azra menyatakan bahwa al-Attas juga mendasarkan pendapatnya tentang kedatangan Islam ke Nusantara dari karakteristik internal Islam di Dunia-Melayu Indonesia yang diperoleh dari kajian literatur Islam Melayu-Indonesia.

"Sebelum abad ke-17 seluruh literatur keagamaan Islam yang relevan tidak mencatat satu pengarang Muslim India, atau karya yang berasal dari India. Pengarang-pengarang yang dipandang kebanyakan sarjana Barat sebagai berasal dari Arab atau Persia," terang Azra.

Baca juga:

Sejarah Kerajaan Mataram Kuno Mengelola Sumber Pemasukan, Cerita tentang Pajak dan Penyelewengannya

Teori China, Jejak Islam dari Negeri Tirai Bambu

Teori terakhir yang cukup kontroversial, tapi masih punya kemungkinan adalah Teori dari China. Pengusungnya antara lain Slamet Muljana dan Sumanto Al Qurtuby.

Sebenarnya teori ini enggak secara langsung menyatakan bahwa Islam yang datang ke Nusantara berasal dari China, melainkan ingin menyebut peran orang China dalam kedatangan Islam ke Nusantara.

Slamet Muljana, misalnya, menjelaskan bagaimana permukiman orang China telah mewujud di Pasai pada abad ke-15.

Pada 1407, Laksamana Muslim dari China, yaitu Cheng Ho, berkunjung ke Pasai. Tujuannya buat membuka hubungan politik antara Pasai dan China.

"Setelah ada hubungan baik antara Tiongkok dan Samudera Pasai, makin banyaklah saudagar-saudagar Tionghoa datang ke Pasai, dan dalam saat itu banyak pula orang-orang Tionghoa yang memeluk agama Islam, kawin dengan wanita Samudera dan menetap pula di sana," urai Slamet dalam buku Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara.

Begitu pula dengan pendapat Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa. Ia ingin memunculkan peran orang China dalam penyebaran Islam di Nusantara.

Sumanto menggunakan berbagai sumber, seperti catatan dari China, sumber Arab, dan peninggalan sejarah lokal.

Salah satu sumber penting adalah catatan Ma Huan, penerjemah resmi Laksamana Cheng Ho, yang mendampingi pelayarannya ke berbagai negeri.

Dalam Yingya Shenglan, Ma Huan mencatat bahwa pelabuhan di pantai utara Jawa, seperti Gresik dan Tuban, ramai dikunjungi pedagang Arab, India, dan China. Mereka menetap dan berdagang di sana.

Penduduk kota-kota ini terbagi menjadi tiga golongan: orang Arab (penganut ajaran Muhammad), orang China dari Guangdong dan Quanzhou, serta penduduk lokal.

Soko Tatal Masjid Demak
Soko tatal masjid Demak yang terpengaruh gaya arsitektur Dinasti Ming. (Foto: KITLV)

Menariknya, banyak orang China belajar Islam dari orang Arab. Menurut Sumanto, Ma Huan sendiri adalah seorang muslim.

Lebih lanjut, Sumanto menunjukkan bahwa masjid-masjid kuno, seperti Masjid Agung Demak dan Masjid Sekayu, kemungkinan besar mendapat pengaruh China.

Soko tatal di Masjid Demak memiliki kemiripan dengan gaya arsitektur Dinasti Ming. Masjid-masjid ini mungkin dibangun oleh komunitas China muslim.

Sumanto juga menjelaskan bahwa hubungan antara China dan dunia Islam sudah terjalin lama, bahkan sebelum Islam menyebar ke Nusantara.

Kanton, misalnya, dikenal sebagai pusat keislaman tertua di China, dengan masjid yang dibangun enggak lama setelah Masjid Nabawi di Madinah.

Sumanto menekankan bahwa peran China dalam penyebaran Islam di Nusantara bukan sesuatu yang aneh. Sebab Islam lebih dulu masuk ke China. Hubungan perdagangan melalui Jalur Sutra membuka penyebaran Islam di China.

Lalu dari sana, orang-orang China berdakwah ke Nusantara.

Meskipun banyak teori tentang kedatangan Islam di Nusantara, para ahli sejarah bersepakat bahwa enggak ada bukti bahwa Islam datang dengan paksaan atau kekuatan bersenjata.

"Tidak terbukti adanya pasukan bersenjata dari luar Asia Tenggara yang memaksakan agama baru di kawasan ini," tulis M.C. Ricklefs dkk dalam buku Sejarah Asia Tenggara dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer.

Nah, begitulah sejarah kedatangan Islam di Nusantara mengajarkan kita tentang proses panjang sejarah Islamisasi dan banyak kemungkinan baru. (dru)

Baca juga:

Serunya Kehidupan Masyarakat Masa Kerajaan Mataram Kuno, Dari Mengolah Makanan sampai Cari Hiburan

#Iqra #Hikayat #Sejarah Indonesia #Sejarah
Bagikan
Ditulis Oleh

Hendaru Tri Hanggoro

Berkarier sebagai jurnalis sejak 2010 dan bertungkus-lumus dengan tema budaya populer, sejarah Indonesia, serta gaya hidup. Menekuni jurnalisme naratif, in-depth, dan feature. Menjadi narasumber di beberapa seminar kesejarahan dan pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan lembaga pemerintah dan swasta.

Berita Terkait

22 September Memperingati Hari Apa? Ini Deretan Peringatan Penting dan Fakta Menariknya
22 September diperingati sebagai Hari Menara Suar Nasional, Hari Lalu Lintas Bhayangkara, Hari Badak Sedunia, dan Hari Bebas Kendaraan Bermotor. Simak faktanya!
ImanK - Senin, 22 September 2025
22 September Memperingati Hari Apa? Ini Deretan Peringatan Penting dan Fakta Menariknya
19 September Memperingati Hari Apa? Fakta Sejarah Ini Jarang Diketahui!
19 September memperingati hari apa? 1. Hari Perobekan Bendera di Hotel Yamato (Surabaya), 2. Hari Kejayaan Angkatan Bersenjata Chili, 3. Hari Kepedulian Diseksi Aorta Sedunia, selengkapnya
ImanK - Kamis, 18 September 2025
19 September Memperingati Hari Apa? Fakta Sejarah Ini Jarang Diketahui!
18 September Memperingati Hari Apa? Kamu Harus Tahu!
18 September Memperingati Hari Apa: 1. Hari Kesetaraan Gaji Internasiona, 2. Hari Bambu Sedunia, 3. Hari Pemantauan Air Sedunia,selengkapnya
ImanK - Rabu, 17 September 2025
18 September Memperingati Hari Apa? Kamu Harus Tahu!
16 September Memperingati Hari Apa? Ini 5 Sejarah Penting yang Terjadi
16 September Memperingati Hari Apa? 1. Hari Ozon Sedunia, 2. Hari Kemerdekaan Meksiko, 3. Pembentukan Federasi Malaysia, selengkapnya
ImanK - Selasa, 16 September 2025
16 September Memperingati Hari Apa? Ini 5 Sejarah Penting yang Terjadi
15 September Memperingati Hari Apa? Ini Deretan Hari Penting dan Fakta Menariknya
15 September memperingati hari apa? Yup, hari ini bukan sekadar angka dalam kalender di baliknya tersimpan sejumlah peringatan penting
ImanK - Minggu, 14 September 2025
15 September Memperingati Hari Apa? Ini Deretan Hari Penting dan Fakta Menariknya
13 September Memperingati Hari Apa? Ini 7 Peringatan dan Fakta Menarik di Baliknya
13 September Memperingati Hari Apa: 1. Hari Programmer, 2. Hari Berpikir Positif, 3. Hari Twilighters Nasional, selengkapnya
ImanK - Jumat, 12 September 2025
13 September Memperingati Hari Apa? Ini 7 Peringatan dan Fakta Menarik di Baliknya
12 September Memperingati Hari Apa? Peristiwa Bersejarah hingga Perayaan Unik Dunia
Apa saja yang terjadi pada 12 September? Ini sejarah lengkapnya termasuk Hari Purnawirawan, Tragedi Tanjung Priok, dan peristiwa dunia.
ImanK - Kamis, 11 September 2025
12 September Memperingati Hari Apa? Peristiwa Bersejarah hingga Perayaan Unik Dunia
9 September Memperingati Hari Apa? Ini Deretan Fakta Mengejutkan
9 September memperingati hari apa? 1. Hari Berdirinya Korea Utara, 2. Double Ninth Festival, 3. Hari Olahraga Nasional, selengkapnya
ImanK - Senin, 08 September 2025
9 September Memperingati Hari Apa? Ini Deretan Fakta Mengejutkan
7 September Memperingati Hari Apa? Munir Meregang Nyawa di Udara
7 September memperingati hari apa? 1. Hari Kemerdekaan Brasil, 2. ari Udara Bersih Internasional, 3. National Beer Lovers Day, selengkapnya
ImanK - Sabtu, 06 September 2025
7 September Memperingati Hari Apa? Munir Meregang Nyawa di Udara
6 September Memperingati Hari Apa? Ini Daftar Perayaan dan Fakta Uniknya
6 September Memperingati Hari Apa: 1. Festival Janmashtami, 2. Hari Baca Buku Nasional, 3. Hari Tradisi Melempar Telur, selengkapnya
ImanK - Jumat, 05 September 2025
6 September Memperingati Hari Apa? Ini Daftar Perayaan dan Fakta Uniknya
Bagikan